Sabtu, 10 Maret 2012

Jadilah Dokter Pribadi Untuk Diri Sendiri!


Rabu malam tanggal 7 Maret 2012 kemarin saya benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Penyebab dari hal tersebut bukan karena saya sedang patah hati atau habis ditolak seseorang yaa mueehee, hal ini lebih dikarenakan kondisi badan saya yang tidak fit. Entah kenapa beberapa hari yang lalu saya (merasa) sedikit kesusahan untuk bernafas secara normal dan kadang merasakan ketidakseimbangan badan.


Jujur, saya sangat khawatir terhadap kondisi saya ketika itu. Saya khawatir jikalau saya mengalami gangguan jantung dan sesungguhnya saya sempat hampir frustasi memikirkannya.

Saya sempat curhat ke salah satu senior di kantor  tentang apa yang sedang saya rasakan saat itu dan beliau memberikan saran kepada saya untuk memeriksakannya ke poli jantung di kantor tapi saya enggan untuk menjalaninya. Saya takut.


Di dalam hati, saya terus memohon dan berdoa kepada Tuhan semoga apa yang saya rasakan hanyalah sebuah kondisi belum 100% fit-nya badan saya pasca operasi od (odontektomi,red) yang di dukung pula dengan kondisi saya yang sedang menstruasi.

Operasi od kemarin memang menjadi sebuah pengalaman pertama (dan semoga terakhir) menjalani operasi pembedahan dengan bius total. Pada awalnya, sebenarnya saya tidak mau menjalani operasi od tersebut dengan bius total karena ada pilihan lain dengan bius lokal untuk kasus gigi impaksi saya. Hanya saja karena gigi impaksi saya tidak hanya satu tapi empat maka saya (dengan terpaksa) memilih untuk menjalani operasi od dengan bius total. Pertimbangan dari hal ini lebih dikarenakan efisiensi waktu penyembuhan. Coba bayangkan apabila saya memilih untuk menjalani “pencabutan” gigi saya satu persatu maka sudah pasti saya akan bolak balik pergi ke dokter bedah mulut. Saya takut dokter bedah mulut akan bosan melihat saya (begitu juga sebaliknya mueehee).

Tuhan memberikan tingkat ketahanan masing-masing orang dalam menghadapi suatu hal itu berbeda-beda. Pada konteks ini, saya membicarakan tentang efek dari bius total yang saya dapatkan.


Kebetulan pada saat itu yang menjalani operasi od tidak hanya saya saja tetapi juga “tetangga sebelah” yang pada kenyataannya beberapa jam setelah operasi kondisinya sangat baik dan tidak mengalami suatu hal yang mengharuskan untuk terus dipantau.

Berbeda dengan saya, pasca operasi saya mengalami rasa pusing kepala dan mual yang sangat mengganggu hingga akhirnya harus muntah-muntah. Sejujurnya, sebelum operasi dilaksanakan dokter pengelola saya (dokter bedah mulut) sudah banyak memberikan penjelasan mengenai operasi yang akan saya jalani dari A sampai Z dan saya pua banyak menanyakan tentang hal-hal yang sekiranya belum saya pahami. Satu hal yang saya lupakan, saya kurang banyak bertanya kepada dokter anasthesi karena saya kira dampak dari proses pembiusan hanya akan terjadi saat saya dibius saja dan tidak memikirkan dampak tersebut  pasca operasi. Saya tidak menyalahkan dokter anasthesi karena kurang aktif dalam memberikan penjelasan ketika saya juga tidak banyak bertanya. Pengalaman ini mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi teman-teman atau keluarga teman-teman yang akan mengalaminya.

“Bertanyalah! Karena bertanya bukan merupakan suatu hal yang salah”.  

Kini, saya (merasa) sudah benar-benar fit. Saya merasa sudah tidak kesulitan dalam bernafas, pusing yang saya alami beberapa hari belakangan ini juga sudah tidak ada lagi dan saya merasa bersyukur terhadap nikmat sehat yang telah diberikan Tuhan kepada saya. Setelah mengobservasi diri sendiri, saya berkesimpulan bahwa kemungkinan rasa pusing dan (rasa) susah bernafas itu muncul dikarenakan kondisi saya yang benar-benar belum fit tetapi harus segera menjalankan aktivitas yang cukup menguras tenaga dan pikiran (kerja,red) dan kondisi saya yang sedang menstruasi. Saya juga baru ingat bahwa kekhawatiran saya terhadap hal itu semua seharusnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena hasil general check up pada diri saya belum lama ini menunjukkan bahwa semua hasil pemeriksaan dalam batas normal.

Kita lebih tau kondisi diri kita sendiri dibandingkan orang lain maka menjaga kesehatan merupakan hal paling penting. So, jadilah dokter pribadi untuk diri sendiri sebelum orang lain menjadi dokter untuk diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar